Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru yang dipelajari dari Pemikiran KHD

posted in: Jurnal Refleksi | 0

Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru yang dipelajari dari Pemikiran Ki Hadjar Dewantara – Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu factor yang menentukan kemajuan suatu Bangsa, sistem pendidikan yang baik akan berdampak pada peningkatan kualitas manusia dan berdampak positif pada produktivitas masyarakat, kondisi ini senantiasa mendorong menjadi Bangsa yang kuat, Bangsa yang maju dan menciptakan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan karena SDM merupakan aset utama dalam membangun suatu bangsa. Ketersediaan sumber daya alam yang melimpah dan adanya sumber daya modal serta teknologi yang semakin canggih, tidak akan mempunyai kontribusi yang bernilai tambah, tanpa didukung oleh adanya SDM yang berkualitas. Untuk itu pentingnya pendidikan yang baik

Apa Arti Pendidikan?

Dikutip dari Buku Dasar-dasar pendidikan (1936) Menurut pengertian umum, pendidikan itu diartikan sebagai ‘tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak’. Maksud Pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Tugas pendidik tentunya adalah harus mampu menuntun anak agar bisa berkembang sesuai dengan kodratnya yaitu kodrat alam dan kodrat zaman.

Apa itu Kodrat Alam dan Kodrat Zaman?

Menurut filosofi Ki Hadjar Dewantara (KHD) “Kodrat alam adalah terkait dengan potensi atau bakat yang mereka miliki, ras dan atau suku tempat mereka berasal, hingga karakteristik lingkungan budaya daerah mereka. Kodrat alam ialah keadaan yang karena sifat dan bentuk lingkungan di mana mereka berada. Sedangkan Kodrat zaman merupakan perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu”.

Peran pendidik adalah tidak hanya mendidik, akan tetapi juga menuntun peserta didik agar berkembang menjadi pribadi yang mampu mencapai kebahagiaan sebagai individu dan sebagai anggoata masyarat, selain itu perkembangan zaman yang begitu pesat tidak bisa kita abaikan begitu saja, karena sangat berpengaruh pada perkembangan peserta didik, untuk itu pendidik harus mampu menuntun mereka agar bisa berkembang sesuai zamannya dengan tidak mengesampingkan kondisi sosio kultural sebagai identitas mereka.

Pendidikan harus berpihak pada anak, anak itu diibaratkan sebuah benih-benih tanaman yang harus kita rawat, kita siram, dan kita pupuk agar mereka bisa berkembang sesuai harapan, setiap tanaman memiliki perbedaan kodrat sehingga perlu mendapatkan penangan yang berbeda pula. Tidak ada peserta didik bodoh di kelas, yang ada adalah keberagaman kemampuan dan karakter peserta didik, sebagai pendidik kita harus mampu memenuhi kebutuhan berkembang mereka. Tidak semua siswa memiliki kodrat alam yang baik, untuk itu peran guru harus bisa menuntun agar kodrat baiknya bisa berkembang, dan kodrat buruknya kita tuntun kearah yang baik agar bisa mencapai kecerdasan yang lebih baik. Peran menuntun kodrat ini cukup berat bagi seorang guru karena pada dasarnya setiap manusia / peserta didik memiliki kodrat tabiat yang berbeda, lantas apakah tabiat itu bisa kita rubah?

Apakah kodrat dan tabiat anak bisa dirubah?

Menurut convergentie-theorie, watak manusia itu dibagi menjadi dua bagian. Pertama, dinamakan bagian yang intelligible, yakni bagian yang berhubungan dengan kecerdasan angan-angan atau pikiran (intelek) serta dapat berubah menurut pengaruh pendidikan atau keadaan. Kedua, dinamakan bagian yang biologis, yakni bagian yang berhubungan dengan dasar hidup manusia  dan yang dikatakan tidak dapat berubah lagi selama hidup.

Tabiat yang dapat berubah karena pengaruh misalnya kelemahan pikiran, kebodohan, kurang baiknya pemandangan, kurang cepatnya berpikir dan sebagainya. Dengan kata lain, keadaan pikiran, serta kecakapan untuk menimbang-nimbang dan kuat-lemahnya kemauan. Adapun bagian yang disebut ‘biologis’ yang tak dapat berubah ialah bagian-bagian jiwa mengenai ‘perasaan’ yang berjenis-jenis di dalam jiwa manusia. Misalnya, rasa takut, rasa malu, rasa kecewa, rasa iri, rasa egoisme, rasa sosial, rasa agama, rasa berani, dan sebagainya. Rasa-rasa itu tetap pada di dalam jiwa manusia, mulai anak masih kecil hingga menjadi orang dewasa.

Nah, dari hasil literasi dan belajar saya selama mengikuti kegiatan Pendidikan Guru Penggerak, ada banyak sekali manfaat yang saya rasakan terutama dalam hal perubahan mindset dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, pada awalnya saya selalu menuntut siswa agar mereka harus berkembang sesuai dengan kehendak saya sebagai guru, Sekarang saya memahami bahwa pada dasarnya peserta didik itu diibaratkan sebagai benih-benih tanaman yang saya semai dan saya selaku petaninya, sebagai pendidik saya hanya harus mampu memperlakukan mereka agar bisa tumbuh sesuai kodrat mereka, yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Sebagaimana KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Penulis : HIPNI ROHMAN (CGP Angkatan 9)

Tags : Refleksi Pengetahuan Filosofi KHD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *